Pikiran

Hari ini pikiranku gamang...

Aku membeli segelas strawberry juice di kedai bakmi depan sekolahan. Entah mengapa -- aku merasa butuh sesuatu yang manis untuk mencerahkan pikiranku ini, yang entah kenapa, masih berkabut walau sudah diterpa angin sore selama bersepeda pulang...

Pembahasan soal Fisika di kursus tambahan yang kuikuti palingan cuma masuk ke otak sekitar 30-40% dari seluruh jawaban soal yang dijelaskan hari itu, hah, apa yang terjadi? Otakku ketinggalan di rumah. Kata temanku, di ujung kanan tembok kamarku. Mungkin. Atau hanya rohnya masih belum kumpul semua seusai tidur siang berdurasi 30 menit sebelum kursus. Atau...masih terbawa dunia di roman Bumi Manusia yang kubaca sebelum tidur. Minke, Annelies...ah. Selalu begitu, aku tergila-gila dengan ceritanya, serasa melihat langsung kejadian demi kejadian di masa kolonial itu. Mari kuceritakan apa yang telah terjadi belakangan ini.

Pagi itu aku baru saja keluar ruang ujian, ketika temanku bercakap dengan salah seorang teman yang lain, eh, sejak kapan mereka dekat begitu? Pikirku. Pertanyaanku itu kuurungkan dalam hati. Ngapain nanya-nanya, palingan juga dijawab, "Ah, biasa saja kok...memang dari dulu..." atau yang lain. Tidak pentinglah mengurusi hal-hal pribadi orang, lagipula itu hal biasa bila sesama perempuan sebaya akrab mengobrol... tidak perlulah aku tahu asal usulnya. Berhentilah penasaran.

Entah berapa episode telah terlewat di benakku, yang jelas akhir-akhir ini sepertinya aku telah banyak ketinggalan. Aku telah banyak melupakan hal-hal yang seharusnya paling kuingat -- jangan tanya mengapa -- kau tahu, aku lupa kalau acara makan-makan bersama keluarga besar waktu itu ditunda sampai minggu depan. Itu menyebabkan aku tidak segera bersiap pergi ke Gereja (karena ibadah youth cuma ada pukul 11.00 - 12.45), malahan molor sampai jam sebelas kurang sepuluh... alhasil aku ditatap ibuku dengan raut heran, karena ia sudah memberitahuku kemarin malam, bagaimana ceritalah aku bisa lupa secepat ini.

Bukan hanya itu juga.

Sabtu malam, tepat saat ibuku memberitahu soal acara makan keluarga yang diundur itu, aku teringat satu hal...

Ada acara sweet seventeen teman sekelasku, tepat malam ini pukul enam.

Aku buru-buru mencari undangannya, dan makin panik pula setelah aku menyadari bahwa sudah pukul tujuh lewat lima menit dan........aku bahkan tidak menemukan undangannya. Aih.

Buru-buru kuperiksa smartphone-ku. Teman baikku yang juga diundang mengirim pesan pendek.

"Datang ke pesta, kau?"

"....Tidak."

Uh, tidak sampai hati ini berkata jujur kepada temanku yang sedang berulangtahun itu bahwa aku tidak datang karena lupa. Aku minta maaf kepadanya benar-benar. Aku merasa bersalah. Maksudku bukan mau melebih-lebihkan hal ini, namun apalah perasaanmu bila seseorang yang kauundang malah lupa datang? Ah, bodohnya diri ini. Sudah menunjukkan gejala pikun, padahal masih muda...

Nah, betulkan aku masih muda. Lalu apa sebablah aku bisa lupa semuanya?

Mungkin karena stres. Mungkin. Tekanan batin. Atau karena nilai ulanganku? Pelajaran IPA yang utama tentunya, nilai ulanganku... hampir tiada yang lolos. Sentuh angka tujuh pun tidak. Hina rasanya diri ini, mana kualitasmu sebagai anak IPA bernilai 295? Hilang kemana otakmu yang bisa belajar itu? Rasanya tidak ada yang bisa kupahami secara benar. Matematika memang susah. Yang tidak bisa juga banyak. Biologi juga, namun itupun mengundang "perhatian" sang guru yang entah kenapa, selalu membikin gambar wajah sedih di kertas ulanganku yang hanya bernilai 28.57, 20, 30... 

Kau sayang padaku, Bu? Maafkan aku, aku memang kurang pintar. Atau mungkin, kurang usaha, belum tahu cara belajar yang benar. Sudahlah aku belajar sampai jam dua pun tiada hasilnya. Sebagus-bagusnya nilaiku 82.5 mengenai enzim, selainnya lima sampai enampuluhan.

Fisika? Jelek sendiri nilaiku. 32. Yang lain seratus, sembilan puluh... dan jadilah guru Fisikaku itu mengomel, "Tidak belajarkah kau? Keterlaluan ini namanya... Kau tak pernah perhatikan pelajaran, kerjamu mungkin menggambar terus di bukumu itu."

Aku menangis. Tiada yang tahu. Selalu seperti itu, mungkin salah satu kelebihanku. Tinggal pura-pura tidur atau menutupi mata dengan poni depan. Atau memang tiada satu orangpun yang peduli. Lebih mungkin yang kedua. Ha ha. Saat aku menulis ini pun aku tidak tahan menangis. Sedih juga ternyata, mengingatnya kembali, padahal aku sudah melupakannya. Boleh kau kata aku lemah, begitu saja menangis,  yah, setidaknya menangis itu tanda bahwa kau hidup dan memiliki jiwa... lagipula, menangis akan menyembuhkan stres dan melepaskan ketegangan batin manusia, karena ia mengeluarkan hormon oksitosin...atau sejenis itu. Morfin alami, penghilang rasa sakit. Jadi kubiarkan aku menangis sejenak. Tak lama mataku sudah kering, untungnya tidak sembab. Ah, maaf jadi curhat. (sejak awal memang juga curhat, kan.)

Apa pula yang kautangisi? Kebodohanmu, ketidakmampuanmu? Tidak ada gunanya... beranjaklah.

Sudahlah aku remedial, walaupun hanya dapat enam puluh sembilan...setidaknya aku sudah berusaha. Kubuktikan dengan belajar sehari aku dapat nilai segitu, kubuktikan bahwa aku sebetulnya memang mau berusaha untuk mendapatkan nilai yang lebih baik... entah berapa kalau aku bersabar sampai besok untuk remedial. Mungkin lebih tinggi, atau malah lebih rendah karena otakku yang lekas lupa.

Adrienne, kok kamu jadi lemah begini? Mana otakmu yang bisa mencerna rumus-rumus Fisika ini? Mana nilai Biologimu yang cuma sekali-duakali di bawah standar selama dua tahun terakhir ini? Apakah sudah menciut kepandaianmu? Masakah aku tiba-tiba jadi bodoh begini. Apa yang salah? Apakah kebiasaanku main game online penyebabnya? Ah, waktu kelas sebelas juga aku main terus tanpa henti, lebih parah dari yang sekarang... dan nilaku, tetap bagus. Bukan, bukan itu, mungkin. Entah apa. Kalau soal Kimia dan pelajaran lainnya, bolehlah aku tenang sedikit, masih lulus rata-rata nilanya, walaupun biasanya Kimia pun aku tidak pernah remedial, tapi kali ini sekali dua kali aku jatuh... tak apalah. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, sesekali...

Ah, ternyata buah pikiran ini yang membuatku gamang, otak tertinggal. Jadilah kuingat sekarang, nilaiku bila dirata-rata masih bisa lulus di raport mendatang. Standar nilai minimumnya 73, (uh, khas pendidikan Indonesia, atau hanya sekolahku?) dan sejauh ini bila kurata-rata nilainya masih 71... sekali lagi usaha terakhirku yang habis-habisan di UAS dua hari kedepan, dan mungkin, ditambah nilai tugas...atau yang lain.

Namun untuk Biologi tidak demikian. Tak bisalah aku berharap banyak pada pelajaran itu -- nilaiku bila dirata-rata hanya 64, dan aku membutuhkan nilai sekitar 84 atau 85 di UAS ku yang sudah lewat kemarin. Ha, mengerjakannya saja aku tidak yakin betul semua, walau sudah belajar sampai larut, ditambah kumpul belajar bersama dengan teman-temanku... Memang sih, saat sudah mendekati jam sebelas aku mulai sedikit kehilangan konsentrasi dan fokus karena diceritakan sesuatu oleh temanku, tapi ya ampun, aku sudah belajar sedemikian rupa... padahal, sang ibu guru sudah berbaik hati mengirim pesan yang menyemangati aku dan beberapa anak lain yang ia kenal baik, ah, betapa keibuan dirinya, berterimakasihlah aku bisa memiliki guru sebaik ini. Ceritaku saja tentang seseorang ia mau dengar baik. Ingin kutulis surat untuknya setelah lulus... sebagai ucapan terimakasih. Mungkin tidak seindah bunga, tapi setidaknya itu yang kubisa...

Dan malam sebelum tes Biologi yang agung itu aku malah terserang insomnia karena nyaliku ciut, diceritakan teman sebersit pengalaman pribadinya dan sebuah fakta yang kudapat dari suatu social media, yang tentunya akan kuceritakan di post selanjutnya... Ah, semoga aku tidak merinding ketakutan lagi.

Kira-kira aku mulai "setengah" terlelap sejak pukul satu pagi, itupun di kamar orangtuaku -- terserah mau bilang apa -- pukul tigapun aku kembali ke kamarku, entah terbangun atau memang tidak tidur sejak awal, karena suara dengkuran mereka, juga detak jam yang senantiasa berbunyi crek-crek-crek-crek... kalau saja, kalau saja aku tipe orang yang tidak terganggu akan bunyi semacam itu. Masihlah aku bersyukur dapat mendengar dengan normal, juga tidak bisa mendengar dengingan suara-suara alam lain.

Yah, semoga aku sukses dalam pelajaran Fisika kali ini...semoga nilai lainnya juga bagus, terutama Biologi, dan Matematika, tidak rendah angkanya di raport mendatang. Amin.

Comments

  1. Pi, terharu deh........... :'( nasib gue sama kayak lu Pi :'(

    ReplyDelete
  2. Iya...? :( jadi sedih............. sabar ya ivy kita harus berjuang :'

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts