Mengenalmu

Kutatapnya dari tempatku berdiri. Duduklah ia, di sana.
Ya, hanya sedikit kuingat juga, entah siapa namanya.
Aku memang tergariskan...lebih jauh mengenalnya
Sebentar lagi. Tunggulah, satu jam saja.
Sejenak, setelah kau turun. Barulah aku mengerti, apa kisahnya.

Aku berjalan kiri kanan, tanpa arah berlalu
Duduk di depannya, tanpa maksud tertentu, tanpa tahu
Bahwa tak lama, waktu pun berpihak padaku.
Bahwa tak lama, kau sebutkan namamu.

Sehari berlalu... kelak tubuh ini, ingin melihat sekali lagi, wajahmu
Mengapa? Aku berucap kata, mengapa aku ke sini, menghadapmu.
Terdengar kaku. Karena, alasanku tiada wajar, tak baku.
Tak apalah, sedikit malu. Demi sepasang mata gelapku
Yang hanya ingin sekali lagi memandangmu... mata hitam milikmu.

Semenit... lewatlah, dua menit pula.
Kala ku beranjak, tak ia izinkan kupergi darinya.
Mungkin ia butuh teman bicara. Merasa sepi di mejanya.
Tak apalah, tiada salah walau lebih tua, selama baik adanya.

Tiga menit, lima belas menit. Tak lama.
Aku terus mendengarkannya. Demikian ujarnya.
Menikmati setiap lekuk senyumnya.
Matanya yang segaris melirik jenaka.
Guraunya, membuatku berderai tawa, setiap candanya.

Hati ini bahagia, tersenyum. Lebih dari seindah biasa.
Namun apalah sebabnya? Siapa dirinya?
Umpama sahabat lama, ku telah dalam mengenalnya.
Apa pula tali yang mengikat, menarik diriku? Apa pula yang kurasa?

Ia sederhana. Tak rupawan. Bukan pujangga, bukan peraga.
Dengan kemeja kotak birunya, di balik jas coklat mudanya.
Namun aku suka. Aku suka dengannya. Seutuhnya.
Saat berharga yang kukenang dalam, sampai detik ini, selamanya.
Karena, telah kutemukan... pangeranku yang bersahaja.

Kelak, waktuku habis bersamanya
Kini orang lain datang, mengalihkan tatapnya.
Kembali untuk bertanya jawab, sesuai mandat awalnya.
Ya, aku senang...aku bahagia. Sebabku telah mengenalnya.

Walau hanya sejenak, hanya seputar jarum jam... sudah cukup, tidak apa.

Comments

Popular Posts